Sabtu, 20 April 2013

doa untuk mereka (on Monday, June 28, 2010 at 12:45am )

kapan aku bsa buat bangga mereka?
untuk menunjuk titik yg mereka harapkan sja ku tak bsa...
pa lg tuk menggoreskan sebuah garis?
apakah aku malu?
pertanyaan bodoh...
malu tak pantas lagi buatku...
aku hnya org yg hnya mengharap smua wktu itu tersusun untukku...
untuk duniaku...
mungkin, tentang harapan mereka, sempat tertutup oleh wktuku...
.
ya alloh,
dlm persimpangan ini, ku ingin kau sertai jalanku...
karna kurasa, smakin jauh aku dg mu...
ya alloh,
berilah mereka umur panjang dan ksbaran...
hingga waktu nanti, atas seijinMu, aku bisa tuk menunjuk titik itu...bahkan meneruskanya tuk jadi sebuah garis...
.
amin...

Rabu, 10 April 2013

Sally Ilahana ( 3/11/13) 23.58


                15 oktober 1993,  disanalah kurasa mimpiku mulai terbangun, saat sepasang kekasih Tuhan menjadi manusia yang pertama membisikku, menyeru spektrum kosmologis tentangNya. Ya, merekalah orang tua ku. Sepasang sosok yang sangat kukenal, yang mengilhami sebagian besar perjalanan hidupku.
                Ibukku, ya....dialah yang pertama kutuliskan. Aku masih ingat ketika ia mengayuh mesin jahit tua sambil membopongku. Atau bahkan kadang sambil menenangkan tidurku. Aku tahu, dia mengayuh bukan untuk dia, bukan untuk laki-lakinya, bukan untuk anaknya, tapi aku tahu, cakupan yang ia berikan lebih luas.  Darinya aku belajar begitu banyak arti ketulusan, memberi pengertian bahwa hidup adalah untuk melayani, bukan semata melayani. Ibukku tak pernah mempersoalkan hak seperti halnya yang diajarkan dibangku sekolah, bukan karena ibukku tak pernah merasakanya, tapi yang kutahu ( darinya ) , hak itu adalah yang semestinya kau lakukan dan kewajiban adalah yang sebijaknya kau rasakan.
                Kini aku ( 19 th ) beranjak dewasa, ada beberapa hal yang kini muncul yang bahkan sebelumnya aku tak sadar ia lahir.
Kini aku berada di semester 2 fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Salah satu mimpi kecilku sejak bangku sekolah menengah.  Aku ingin selalu menjadi pelayan yang baik bagi sesama, selimut yang hangat bagi tetangga. Maka dari itulah aku ingin jadi apoteker. Sebuah profesi yang sangat ku hasrati. Sebuah apotik ideal yang patient oriented . Tentulah karena ibukku, mengayuh untuk sesama.
Untuk mewujudkan semua hal itu, tentunya perlu perjuangan yang tak mudah. Aku harus mengambil minat FKK ( FArmasi Klinik Komunitas ), dan selanjutnya banyak jalan lagi yang harus kutempuh. Dibenakku, selalu muncul keyakinan yang selalu tumbuh kembang tiap hari. Tak seperti murid ngaji disurau kecil bapakku, kian lama kian  mati.
Kurasa, tentang bagaimana aku bercerita tentang ibuku memenuhi hasratku, dan mimpiku selayaknya surau bapakku.